Mulai Sadari Berharganya 1000 Hari Pertama Sang Buah Hati






Hampir semua ibu di dunia ini tentulah ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.  Baik itu dalam bentuk memberikan asupan makanan yang cukup , tepat dan bernutrisi,  menerapkan metode asuh yang menyenangkan,  dan menjaga kebersihan agar anaknya selalu sehat.  Namun apakah keinginan tersebut sudah dipraktekkan, bu?

Hmm...  Saya harap banyak ibu-ibu di negeri Indonesia tercinta ini yang sudah mempraktekkannya ya.  😄

Tak dapat dielakkan ya, Bu. Pola makan,  pola asuh serta kebutuhan air bersih saling berhubungan satu sama lain. Bayangin aja, jika memasak dengan air kotor tentulah yang memakan dan meminumnya mudah terserang penyakit. Apalagi anak-anak dan ibu hamil. Ya, ibu hamil.

Perlu diketahui ibu-ibu, bahwa nutrisi sang buah hati sudah harus diperhatikan sejak dalam kandungan.  Apakah ibu-ibu sudah tak asing dengan 1000 hari pertama anak? Itu lho bu, pemberian nutrisi tepat pada ibu hamil  (230 hari)  serta anak sampai usia 2 tahun (720 hari) . Tujuannya  agar sang anak nggak STUNTING.

Selain tumbuh kembang tubuh anak lebih kecil dari anak seusianya, anak stunting ini memiliki IQ lebih rendah serta mudah terserang penyakit karena organ tubuh yang kurang berkembang. Sekarang paham kan kenapa pemerintah lagi gencar-gencarnya sosialisasi tentang menurunkan angka stunting di Indonesia. Soalnya jika generasi kedepan banyak yang stunting, akan sulit untuk bersaing dengan generasi kedepan negara asing . Otomatis ini akan menjadi beban negara. Saya juga posting tulisan ini berharap nggak akan ada lagi anak stunting.

Nah bu,  mari kita sama-sama koreksi lagi apakah pemberian nutrisi ke anak sudah adekuat? Untuk mengetahui anak tumbuh kembangnya sudah baik atau belum,  rajin-rajinlah ke posyandu/dokter anak setiap bulan. Berikan juga vitamin A untuk anak. Biasanya di Posyandu ada dibagikan secara gratis kok setiap bulan Februari dan Agustus.

 Sebagai ibu, kita harus peduli akan hal stunting ini. Anak-anak berhak mendapatkan gizi yang cukup,  sebab anak kita adalah penerus bangsa, jika ia cerdas dan sehat tentulah menjadi sumber kebahagian ibu juga. Oh ya, stunting ini nggak juga dialami anak-anak di daerah terpencil, anak yang lahir dari orang tua berkecukupan juga ada yang Stunting. Hmm... Miris ya, bu.

Saya mau cerita nih tentang pengalaman waktu hamil kemarin serta menjadi ibu si bayi yang kini usianya sudah 15 bulan.

Begitu mengetahui sang bayi ada di dalam rahim ini,  saya dan suami rutin setiap bulan konsultasi ke dokter kandungan. Kami pantau terus pertumbuhannya,  alhamdulillah baik-baik saja. Saya orangnya nggak mau ambil resiko untuk kehidupan bayi dalam kandungan,  makanya saya  selalu meminum vitamin yang dokter berikan dan juga minum susu khusus ibu hamil.  Saya berharap dengan meminum vitamin dan susu tersebut,  bayi dalam kandungan saya dapat berkembang sebagaimana mestinya.  Selain vitamin dari dokter,  saya kadang memakan superfood berupa kacang-kacangan, buah berry dan biji-bijian sebagai camilan. Alhamdulillah wasyukurillah,  bayi kami lahir cukup waktunya yaitu 40 minggu, dengan berat berat dan tinggi yang normal.

Tantangan selanjutnya setelah melahirkan ialah air susu saya nggak mengalir deras seperti ibu lain.  Kalau ingat anak saya nggak full asi,  rasanya mau nangis. Hikss..  Saya sudah upaya semaksimal mungkin agar anak tetap mendapatkan asi,  namun usaha tersebut berakhir sampai 7 bulan saja.

Agar si anak ini terpenuhi gizinya, saya memberikan susu formula dengan pemberian sesuai petunjuk yang ada di kotak susu. Jikalau pemberian asi nggak ribet karena menyusu langsung pada sumber air susunya,  nah pada pemberian susu formula ini saya harus ekstra menjaga kebersihan botol susu. Pernah suatu ketika di tempat kami tinggal lagi musim kemarau dan belum hujan 2 mingguan. Stok air bersih menipis,  demi si anak, kami mengalah dan mengutamakan anak harus dapat air bersih terlebih dahulu.

Memasuki usia 6 bulan keatas,  sang anak sudah mulai makan. Pada awal pemberian makan anak,  saya nyaris stress karena si anak tutup mulut terus.  Whats wrong???

Saya coba koreksi dan akhirnya saya tahu jawabannya...  Pola asuh saya yang kaku dan ngotot makan anak harus habis walaupun berjam-jam itulah masalahnya.  Lalu menu makanan yang saya berikan itu-itu saja. Efeknya anak jadi takut makan dan berat badan anak menurun.  Hiks hiks hiks...

Baiklah. Saya mulai mengubah pola asuhnya. Jika anak sudah menunjukkan tanda tak mau makan lagi,  saya nggak paksa dia.  Hanya saja,  saya selingi dengan memberikan cemilan bayi.  Selain itu,  saat ia makan keesokan harinya, saya menunjukkan gambar-gambar menarik dari buku bergambar,  pernah juga saya membunyikan musik-musik ceria,  oh ya, menonton kartun anak juga pernah.  Asal anak senang, ia mangap aja tuh dikasih makan.

Kasus tutup mulut saat makan teratasi,  mulai lah memberi makanan yang bergizi dan kata ibu dokter di puskesmas,  anak kita wajib diberi menu 4 bintang. Apa itu?

Menu 4 bintang ialah di dalam makananya harus ada kabohidrat,  protein hewani,  protein nabati dan sayur/buah.

Semakin besar anak, pemberian  protein hewani dibanyakin ya bu,  soalnya anak umur 10 bulan kan sudah mulai aktif merangkak kesana kemari. Kasian si anak jika protein kurang,  nantinya protein yang dimakan hanya untuk sumber energi, bukan untuk tumbuh.

Jika Pola makan tercukupi, pola asuh terkendali,  air bersih memadai, Stunting di Indonesia pun teratasi.  Aminnn...

Ayo ibu-ibu... Peduli akan tumbuh kembang anak, kita basmi sama - sama Stunting. Tumbuh kembang anak tak dapat diulang, jangan sampai kita menyesal pada akhirnya.


Pontianak,  27 Oktober 2018

0 Response to "Mulai Sadari Berharganya 1000 Hari Pertama Sang Buah Hati"

Posting Komentar