Lebaran bawa Balita Pulang Kampung



Tulisan ini sudah dariii kemarin2 mau saya tulis, maklumlah baru sempat nulis sekarang. Lebaran tahun ini sangat berkesan dan meninggalkan banyak cerita ketika kami mudik alias pulang kampung.

Saya selalu pulang ke Ketapang (kampung suami) ketika lebaran. Kecuali waktu hamil besar tahun 2017, terhitung sudah 3x ke Ketapang sejak menikah tahun 2016.
Dulu sih ya waktu awal nikah saya baper. Maklumlah karena setiap lebaran selalu sama ortu, eh begitu nikah lebaran di kampung orang. Sempat mewek sih malam lebaran.

Sekarang sih yang buat saya baper itu si anak rewel waktu mudik. Karena perjalanan mudiknya begitu panjang dan ini pertama kalinya anakku ke ketapang lewat darat dan laut. (maklum, tahun lalu lewat udara, sekarang tiket mahal cyiiin)

Kami berangkat hari sabtu tanggal 1 juni. Sebenarnya mau berangkat hari jumat, karena anakku baru sembuh dari demam. Diundur tanggal 1 deh. Alhamdulillah dari pontianak ke pelabuhan rasau kami di diantar pak yun sekeluarga dan mamaku naik mobil. Pak suami naik motor sendiri membawa beberapa barang kami. Sebagian juga di mobil.

Begitu sampai pelabuhan, drama pun di mulai. Anakku ogah2an makan, ya mungkin tempat makannya dan menu makanan nggak membuat dia comfort. Hanya beberapa suap saja makannya. Plus milo sekotak sih  habis diminum. Seenggaknya ada makanan masuk ngengganjel perut. Belum lagi anak saya reda rewelnya, pak suami mengabarkan nggak ada tiket lagi. Lah padahal loket belum dibuka. Weleh weleh. Ternyata oh ternyata orang-orang udah pada boking duluan guysss.

Hmmm... Mau naik klotok??? Oh no!!!!

Mama, pak yun dan pak suami berusaha minta tolong dengan petugas tiket. Karena kami membawa anak bayi juga kan ya. Alhamdulillah ada teman mama yang bekerja di pelabuhan rasau. Akhirnya kami naik kapal ferry yang berangkat malam.

Hah malam? Sekarang aja baru jam 11????? 😰😰😰😰 tapi eh tapi ggp deh.

Kami pun diantar sampai ke kapal. Alhamdulillah tempatnya luas, akses ke wc mudah, ada dapurnya juga.  baru pertama kali saya naik kapal ferry ini ke Ketapang. Dulu waktu awal nikah sih saya naik klotok.

Penantian panjang menuju kapal berjalan, menuju sore kapal mulai penuh penumpang. Kami mulai menjaga posisi agar tempat kami nggak diambil orang. Sedikit egois memang.

Di kapal posisi saya bersebelahan dengan keluarga muda yang memiliki 2 orang anak. Saya memanggilnya Mak Ara untuk ibu dari 2 anak itu. Ia ramah dan mau berbagi makanan dengan kami. Panjang lebar saya dan Mak Ara saling bercerita tanpa mengetahui nama masing2. Semoga kita bertemu lagi ya nanti.

Disebelah suami saya ada rombongan ibu-ibu yang usianya melebihi paruh baya bersama cucu dan anakknya. Awalnya saya jutek dengan ibu ini, karena ia mengambil lahan tempat yang sudah kami tandai. Luas posisi pak suami tidur jadi berkurang. Hmmm... Bermasamlah wajah saya ini. Ketika buka puasa, ibu tadi banyak membawa lauk. Ia membagikan lauk2nya pada kami. Saya merasa tak enak hati sudah memasamkan wajah tadi. 🙏🙏🙏

Kapal berangkat tak lama setelah buka puasa. Beberapa orang berdempet2an bahkan ada yang menggelar karpet di lantai. Alhamdulillah kami datang awal tadi.

Orang-orang pada kepanasan, lah saya kedinginan. Inikah namanya meriang. Sehabis makan saya merasakan mual dan ingin muntah. Yaaa, perut kembali kosong setelah muntah. Aaya merasa dingin makin menjadi. Saya pun meminum obat lagi dan meminjam jaket suami untuk meredakan dingin di badan. Anak saya karena baru sembuh dari demam, ia pun sempat rewel juga. 😵😵😵 syukurah pak suami orangnya penyayang anak, ia mengajak anak kami bermain sembari aku tidur sebentar.

Namanya di kapal ya, mana mungkin saya bisa tidur nyenyak. Tengah malam saya terbangun. Mengisi perut dengan memakan kue-kue. Orang2 ada yang main kartu, ada yang nonton, dan juga sudah ada yang terlelap tidur.

Kapal kami pun sampai di pelabuhan teluk batang kurang lebih jam 4-an hampir setengah 5. Anak saya sudah bangun terlebih dahulu dan bermain dengan pak suami. Kami menunggu kendaraan diturunkan dari kapal. Sembari menunggu, anak saya muntah. Ia sudah mau nangis, tapi saya tenangkan.


Ayayayy, turun dari kapal, perjalanan darat dari  teluk batang ke ketapang pun dimulai. Bismillah...

Hampir 5 jam perjalanan karena kami banyak singgah. Anak saya tidur di motor, namun ia rewel juga sebab perjalanan kami sungguh lamaa. Memang indah pemandangan di kampung, gunung terpampang nyata. Kiri kanan hutan dan kebun juga. Masya Allah...

Pulang dari Ketapang ke Pontianak hampir sama ceritanya, hanya saja kami kehujanan di Sukadana dan berteduh di rumah Kerabat Pak suami. Alhamdulillah kami disuguhkan makanan.

Oh ya, pulangnya kami naik klotok besar. Tapiii tak senyaman kapal ferry.




Karena sudah tahu perjalanan jauh, Saya sudah mempersiapkan kenyamanan si anak sebelum berangkat. Dari Pakaiannya dan juga makan minum. Tak lupa saya olesi minyak telon biar ia tak masuk angin.




0 Response to "Lebaran bawa Balita Pulang Kampung "

Posting Komentar