Pengalaman Melahirkan Bayi Besar

Masya Allah Tabarakallah, atas izin Allah SWT saya melahirkan anak kedua dengan jenis kelamin laki-laki, dan kemungkinan besar saya akan tulis milestone untuk si dedek juga, sama seperti kakaknya. Biar suatu saat mereka bisa membaca bagaimana perkembangan mereka sedari bayi. 

Sedari kehamilan anak kedua, saya sama sekali tak menyangka. Ia benar-benar suprise bagi keluarga kecil kami. Eh tiba-tiba nggak datang bulan, sekali di testpack positif. Hehehe. Alhamdulillah.

Kehamilan saya kurang lebih sama dengan hamil anak pertama. Nggak mabok mual dan nggak ngidam ini itu. Yaa palingan pengen makan A, jikalau belum bisa terbeli nggak begitu ngotot. 

Begitu memasuki usia kehamilan 32 minggu, saya getol ingin melahirkan pervaginam lagi. Ya. Saya lebih memberdayakan diri dengan membaca akun-akun media sosial dari bidan profesional. Hamil ini pun saya pijit badan biar bugar. Pernah nyoba minum minyak kelapa yang katanya bisa buat persalinan lancar, tapi saya nggak rutin karena berefek ke mual. 

Di bulan juli 2020 saya cek ke bidan dan ternyata belum masuk panggul si dedek bayinya. Bu bidan menyarankan untuk yoga atau senam hamil. Si badan saya yang memang tak pernah dibawa olahraga tentunya kaku ketika senam. Berefek ke kaki yang rasanya keseleo salah urat. Ckckck.

Prediksi dokter kandungan Emika, hpl dedek bayi ialah 29 juli, sedangkan jika merujuk ke hpht prediksi bidan ya tanggal 7 Agustus, lalu aku juga periksa ke dokter kandungan Khaidir dan beliau bilang hpl-nya tanggal 17 Agustus. Bingung kan ya?

Bismillahi tawakaltu, mendekati tanggal melahirkan saya lebih rajin jalan pagi di komplek rumah sendirian. Pernah ketika si sulung bangun awal ia juga menemani. (terima kasih kakak ceriwiz yang membuat jalan pagi mama menyenangkan). Saya juga lebih rutin senam hamil. Saya juga lebih rutin senam hamil. Tubuh yang kaku karena nggak pernah olahraga ini pun alhamdulillah lebih rileks dan bugar setelah olahraga ringan tadi. Oh iya, jangan lupakan hypnobirthing, karena itu ngefek banget untuk persiapan mental saat melahirkan kelak. 


Tanggal 29 juli 2020 berlalu, prediksi dokter pertama lewat dongs tentunya. Tapi dari akhir juli itu saya mulai merasakan nyeri-nyeri ringan seperti mau datang bulan. Sampailah tanggal 5 Agustus keluar tanda lendir darah berwarna coklat. Sakitnya sudah mulai kentara dong dan bukan kontraksi palsu lagi. Nah saat itu saya nggak langsung ke bidan seperti hamil anak pertama. Saya mencoba gerakin badan dengan mengerjakan pekerjaan rumah dan teteup senam hamil khusus menjelang persalinan. Besoknya, dari  jarak kontraksi berkisar belasan menit  dan menjadi beberapa menit. Saya sendiri mendownload aplikasi kontraksi yang beredar gratis di playstore. Dan ini sangat membantu ibu hamil untuk menentukan kapan harus bergegas ke klinik bersalin atau rumah sakit.


Malam jumat jam 10 tanggal 6 Agustus jarak kontraksi mulai berkisar 8 menit sekali. Masih bisa ditahan, tapi ragu banget bisa bertahan sampai subuh untuk ke klinik. (memang niatnya subuh-subuh ke klinik) Akhirnya, jam 1 malam berdua suami naik motor ke klinik sambil menahan nyeri kontraksi yang sudah 4 menit sekali, namun nggak ada rasa mulas. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Masya Allah.

Alhamdulillah sampai juga di klinik, disambut dengan 3 orang bidan jaga. Ternyata eh ternyata sudah pembukaan 5 permirsa. Naik ke pembukaan lengkap membutuhkan waktu 5 jam. Thanks to my husband yang udah siaga selama proses melahirkan dari anak pertama sampai anak kedua.😘😘😘

Awalnya bidan sudah bilang pembukaan lengkap, eh ternyata belum lengkap guys. Masih pembukaan 8. Sedangkan induksi infus sudah dipasang. Jadilah aku yang mulas ingin mengejan melahirkan ini harus menahan untuk mengejan. Caranya, tarik nafas lalu tiup. Itu berulang kali sampai pembukaan lengkap. Rasanya ituuuuuu amazing sekali. 😨😨😨 Karena memang niatnya melahirkan pervaginam, walau sakit bagaimanapun aku tetap semangat. Sedikit lagi bertemu adek bayi. 

Oeeek oeeek oekkk... Terdengar suara tangisan bayi. Tapi itu bukan anakku, itu anak mbak yang juga melahirkan di bilik sebelahku. Pak suami sempat mau masuk ruang bersalin, lalu disuruh keluar lagi hihihi. 

Pembukaan benar-benar lengkap, saatnya siap untuk mengejan. Okeeeee. Walaupun rada lupa gimana mengejan, sempat diajarin lagi sama bu bidan. Begitu mulas datang, aku pun mengejan sekuat tenaga sampai urat suara na putus. Masya Allah, kok rasanya susah betul. Akhirnya dengan kekuatan tekad, mengejan lagi dibantu bu bidan setelah kurang lebih 5 kali mengejan. Terdengar lantang tangisan bayi lelaki, begitu tali pusatnya dipotong ia didekapkan didadaku sembari bu bidan menjahit jelujur perineumku yang sobek. Ternyata eh ternyata setelah ditimbang bayi ini beratnya 3,9 kg. Masya Allah Tabarakallah. 👶😘😍





0 Response to "Pengalaman Melahirkan Bayi Besar"

Posting Komentar