Kompromi Perihal Keuangan Sebelum Menikah



Saya tertarik untuk menulis postingan ini gara-gara tadi pagi baca tweet-nya mbak Ligwina. Perihal Duit Pasutri. Menarik rasanya, seketika tangan saya gatal banget. Maka dari itu sore ini saya sempat-sempatin nulis sembari menunggu jam pulan kantor. Tentunya setelah kerjaan kantor beres.

Uang... uang... uang... saya rasa tak ada manusia yang tak memerlukan uang. Yang namanya uang ini bisa membawa bahagia, tapi juga bisa membawa petaka. Toh diluaran sana banyak yang bertengkar hingga naluri manusianya hilang entah kemana gara-gara uang. Anehnya lagi, yang bertengkar itu antara suami dan istri baik yang baru menikah dan yang sudah lama menikah. Dalam pertengkarannya, kebanyakan dari mereka menyesal telah menikah dengan sang pasangan. Aneh rasanya, hilang sudah cinta kasih sayang gara-gara uang. Huff...

Sebelum uang menjadi hal yang membuat rumah tangga hancur, lebih baik kompromikan dahulu perihal keuangan dengan calon pasangan hidup.

1. Cari tahu dulu apakah calon pasanganmu memiliki tabungan untuk kehidupan rumah tangga kelak? gaji dari pekerjaanya berapa? dan apakah sudah ada rumah pribadi? Menanyakan hal ini memberikan kamu gambaran, akan bagaimana kelak kamu menjalani hidup dengannya.

Untuk perempuan, misalnya kamu biasanya pengeluaran sebulan 3 juta rupiah sedangkan suamimu gajinya hanya 2 juta rupiah, kamu kan nggak perlu manyun begitu dikasi nafkah setiap bulan. Yaa, kalau pengeluaran kamu sebelum nikah itu hasil dari pekerjaanmu jadinya kamu nggak masalah bila dikasi oleh suami, toh kamu bisa mengcovernya sendiri. Dan nafkah suami bisa jadi tambahan. Lah, kalau pengeluaran tersebut karena tanggungan orang tua kan bisa ribet nanti hidupmu. Sudah siap pengeluaranmu terpangkas apabila menikah dengannya? Kompromikan deh, jika nggak sreg ya udah. Berarti dia bukan jodohmu.

Untuk lelaki, mengetahui pendapatan calon pasangan bisa membuatmu lebih giat bekerja jika ia tak bekerja dan berlapang dada jika penghasilannya lebih besar darimu. Tapi ingat, bukan berarti kamu tidak memberikan nafkah bulanan untuknya ya. Dari sini kamu bisa membicarakan padanya bahwa nafkah yang kamu berikan tak sebesar penghasilannya. Jika ia cewek yang pengertian, pasti mau deh, kalau nggak pengertian berarti kamu harus cari calon baru untuk dijadiin pasangan hidup. Daripada harus ngikutin ngasi nafkah sesuai pengeluarannya dan kamu ujung-ujungnya berhutang.

2. Nikah nggak hanya melulu tentang cinta. Realitanya, jika sudah berumah tangga, pengeluaran semakin banyak. Dengan kompromi, kalian bisa menyatukan visi tentang pernikahan idaman dari pemikiran masing-masing, Tentu ada perbedaan dalam pemikiran masing-masing. Namun intinya kalian menginginkan pernikahan bahagia, bukan? Pasti ada titik temu dari perbedaan tersebut, asal komprominya dengan cara baik-baik dan beri pengertian.

3. Kompromikan tentang siapa yang akan membayar kebutuhan rumah tangga, seperti tagihan listrik., tagihan kredit rumah, kredit motor, kebutuhan bulanan, dan kebutuhan lain-lain. Jangan sampai sudah banyak tagihan, suami istri saling suruh untuk membayar tagihan tersebut.

Menurut saya, jika suami istri saling mengerti, nggak ada tuh pertengkaran tentang uang. Toh ada saatnya, sang istri menghasilkan uang lebih banyak maka istri lah yang membantu menyokong kehidupan rumah tangga. Dan ada masanya juga suami menghasilkan uang lebih banyak, yaa gantian dong. Pernikahan itu susah senang bersama, jika ada uang senang sama-sama. Jika ada hutang bayarnya juga sama-sama. Hahaha :)

0 Response to "Kompromi Perihal Keuangan Sebelum Menikah"

Posting Komentar