Mengubah Kebiasan Belanja Tak Berguna Menjadi Pahala



Assalamualaikum, wr.wb. Lagi-lagi, ditengah kesibukan kantor, (karena tak ada laptop di rumah), saya menulis kisah inspiratif dalam rangka lomba yang diadakan blog Saliha. Semoga tulisan saya ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca, dan yang mengalami masalah seperti saya, semoga dapat berhijrah juga. Amin ya rabbal alamin. :)

Belanja merupakan suatu kegiatan yang paling saya senangi. Apalagi sebelum pergi belanja suami ada memberi tambahan beberapa lembar uang rupiah berwarna merah. Sudah kepalang senang, saya pun jadi kalap membeli barang dan makanan yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk digunakan dan dimakan. Kebiasan ini membuat saya kewalahan ketika sudah tengah bulan. Uang bulanan untuk kebutuhan rumah dan kebutuhan pribadi tinggal sedikit. Ibarat leher yang tercekik, begitulah kondisi dompet saya.

Anehnya, sudah tahu boros dalam berbelanja mendatangkan kesusahan di tengah dan akhir bulan, saya seperti tidak jera. Begitu datang ke supermarket, si tangan dengan lincahnya mengambil barang-barang yang tak seharusnya saya beli. Astafirullahalazim. Kenapa saya jadi bebal begini? Muslimah yang baik seharusnya menjaga hawa nafsu untuk tidak bersikap boros.

Saya bukannya tak ingin berubah, tekad saya ingin berubah muncul ketika uang di dompet sisa sedikit, tetapi begitu uang di dompet lagi penuh-penuhnya, saya khilaf lagi.
Sikap saya yang seperti itu membuat saya merasa bersalah dengan suami, sebab ia memberikan amanah agar saya dapat mengelola pengeluaran dan pemasukan rumah tangga dengan baik. Tekad saya sepertinya masih cemen, kedepannya saya akan berusaha mengontrol pengeluaran rumah tangga. Tujuan saya ialah, saya ingin jadi lebih baik dengan berhijrah.

Ternyata hijrah bukanlah perkara mudah, banyak sekali halangan dan rintangan. Terlebih, saya adalah muslimah pekerja. Banyak sekali pedagang yang menjual produk kecantikan, pakaian dan, peralatan tumah tangga di kantor. Lalu, teman-teman kantor sering mengajak saya makan siang di luar, biasanya makan makanan cepat saji atau ke rumah makan menengah keatas. Astafirullah, jika setiap hari kerja saya makan di luar, bisa jebol isi dompet saya. Maka dari itu saya mensiasatinya dengan menahan diri untuk makan di kantin dekat kantor. Jika tidak sibuk, saya masak untuk suami. Dan hasil masakan saya itu, bisa saja saya bawa ke kantor. Jadi lebih hemat tentunya.

Allah memang maha baik, saya si muslimah yang ingin keluarga kecilnya tidak menderita saat akhir bulan ini ditunjukkan jalan untuk berhijrah. Pada bulan puasa kemarin, saya ikut grup whatsapp tentang sedekah. Dari awal puasa, grup tersebut mengajak kami anggota grup untuk ikut bersedekah. Hanya Rp. 15.000 rupiah setiap harinya, kami sudah dapat memberi makan buka puasa dan paket lebaran untuk anak-anak panti asuhan. Grup tersebut dapat terpercaya karena begitu uang kita tersalurkan, mereka melakukan dokumentasi. Hati saya terketuk untuk transfer, alhamdulillah walaupun tak banyak, saya senang bisa membantu anak-anak panti asuhan tesebut. Berlalunya bulan puasa, grup tersebut mengajak lagi untuk waqaf qur'an yang diberikan kepada penghafal qur'an. Alhamdulilah, saya jadi ketagihan bersedekah di mana  saja dan kapan saja, dan  saya sudah merasakan nikmat sedekah. Padahal uang saya sisa sedikit, tapi perasaan saya menjadi tenang dan ada saja rejeki untuk keluarga kecil kami. Nikmat sekali, bukan? Kebiasaan belanja tak berguna, kini berubah menjadi kebiasan bersedekah.

4 Responses to "Mengubah Kebiasan Belanja Tak Berguna Menjadi Pahala"