Fiksi Mini (Part 1)


Bosan? No Way!
“Selamat hari jadi kita yang ke- 5 sayang!” kata Rendi menghampiriku dan mengecup keningku mesra.
Jika wanita lain mengatakan pria pada awal paacarannya saja baik, tapi bersama Randi,  dari awal pacaran hingga detik ini ia tak pernah berubah sedikitpun. Maybe i’m a lucky girl (?) Hanya saja ada beberapa sikap ia yang harus ku mengerti. Mencintai orang yang dicintai apa adanya bukan suatu kesalahan kan? Menurutku, jika kita tidak bersikap menyebalkan orang lain juga  tak akan bersikap menyebalkan. Menghargai dan saling percaya itu adalah prinsip hubungkanku dengannya, hubungan kami.


Cinta Kadaluarsa
Hubungan cinta dengan si pacar sudah lama sekali berjalan. Lama bersamanya aku jadi tahu dan hafal betul baik dan buruknya luar dalam. Terus-menerus bertemu dengannya, ngapa-ngapain sama dia membuat aku jenuh tingkat cetar membahana badai. Hubungan kami tak se-asyik dulu, aku yang awalnya meminta hubungan yang terbuka dan saling cerita di saat ada masalah, tapi aku sendiri tak pernah menyampaikan kekesalanku padanya.
Sebenarnya kami berdua sama-sama tahu bahwa kami tak cocok lagi, tak ada orang ke-3 atau perselingkuhan,ini murni kesalahan kami berdua yang tak dapat menyayangi dan menerima kelemahan masing-masing. Everything is the same but we are changing, maybe we are not in love?
Berat memang meninggalkan orang yang sudah lama menempati ruang hati ini, namun daripada aku tetap bersamanya tapi kami tak saling bahagia, lebih baik pisah kan? Leave or stay it’s up to your choice.


Gempa Hati
Sebelum mengenal Taufan, Nanda seorang gadis sekolah menengah atas yang trauma dengan yang namanya gempa bumi, ia tak takut dengan apapun kecuali gempa bumi, sebab ia kehilangan keluarganya dari bencana alam itu. Taufan perlahan mendekatinya, sekedar menghibur, dan mereka menjadi dekat, saling membutuhkan satu sama lain.
Lama kelamaan Nanda merasa Taufan berubah cuek, ia serng sibuk dengan urusannya sendiri. Namun ia tetap memendam rasa ingin tahunya dari perubahan sifat Taufan. Yang ia takutkan sekarang bukanlah gempa bumi lagi, tapi gempa di hatinya, rumah cinta yang ia bangun bersama Taufan bisa hancur karena sesuatu kekesalan yang ia pendam sendiri.
 Terdapat guncangan sangat kuat di hati Nanda, gempa di hatinya kini akan meledak. Hanya ada dua plilihan setelah gempa itu terjadi. Yaitu membiarkannya menjadi puing-puing kenangan, atau bersama-sama membangun rumah cinta  lagi dengan pondasi yang lebih kuat dan kokoh agar tak mudah hancur ketika gempa datang kembali.




Melihat Bulan
Aku Bintang, cewek di sekolah yang lagi bahagia karena cowok incaranku sering memandang ke bangku belakang, bangku ku. Ia menyelipkan senyuman manis di setiap pandangannya. Aku yakin ia juga menyukaiku. Namanya Langit.
      Pagi itu aku menyambut Langit dengan senyuman paling manis, tapi Langit datang tak sendiri, di belakangnya ada seseorang. Seorang wanita bertubuh langsing, dan berkulit putih. Ia adalah murid paling pintar di sekolah, namanya Bulan. Di depan mataku, Langit tertawa lepas bersama Bulan sampil mengusap rambut wanita bermata indah itu.
Mataku panas, air mata ku tak tahan untuk mengalir membasahi pipi, melihat mereka. Mengingat kebodohan akan asumsi yang telah aku buat. Menganggap Langit menyukaiku. Seharusnya aku sadar bahwa dibelakangku ada wanita cantik yang mungkin Riski pandang. Pandangan itu bukan untukku, senyum itu juga tak di tujukan kepadaku. Selama ini Langit tak melihatku. Ia hanya melihat Bulan, yang cahayanya lebih terang daripada Bintang.


Path Addict
Di era modern seperti sekarang mau tau orang lagi senang, marah, patah hati, jatuh cinta, galau sudah dapat kita ketahui hanya dengan melihat profil di berbagai jejaring sosialnya, kan udah banyak banget jejaring sosial yang tersedia untuk meluapkan unek-unek di hati. Selain itu, lagi dimana pun juga bisa di ketahui orang banyak. Biar kenapa menyebar lagi dimana dan ngapain, yaa biar tambah eksis gitu deh. Hehehe.
Sudah beberapa bulan ini aku addict banget dengan yang namanya jejaring sosial Path. Move on  ke Gadget  keluaran terbaru pun ku lakukan biar gak mati gaya saat sendirian. Setiap bangun tidur, sambil baring-baring pasti aktivitas pertama yang aku lakuin yaa buka Path. Dan itu udah seperti keharusan, kalau paket internet habis rasanya nyesek. Berasa si gadget canggih sama kayak handphone yang bisa sms-an sama teleponan doang.



Sehangat Mentari
Hidup jauh dari keluarga membuat aku harus mandiri tinggal di kota orang, di kota pelajar Yogyakarta aku melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Aku rindu keluargaku ,terlebih ibuku. Ketika aku masih SMA, biasanya jika Ibu dapat shift sore, di pagi harinya sebelum berangkat sekolah aku selalu mengantarkan Ibu dengan sepeda motor butut milik bapak. Menemani Ibu menjualkan kue-kue tradisional yang ia buat dan menitipkan dari satu warung ke warung lain. Tak lupa aku membawa jualan Ibu kesekolah untuk di jual kepada teman-temanku, untunglah setiap aku bawa kue jualan Ibu ke sekolah banyak teman-teman yang menyukainya.
     Sehabis solat subuh aku selalu menanti fajar terbit, kubuka jendela  kamar agar dapat melihat sang surya menampakkan cahayanya pagi ini. Hangatnya menelusup masuk sampai ke tulang mendekap tubuh ini, kurasakan hangatnya sambil menutup kedua mataku, seperti hangatnya pelukan Ibu. Inilah caraku agar mengurangi rasa rindu terhadap Ibu selain menghubunginya via telepon.



Setumpuk Kenangan Tentangmu
Bagaimana hari pertama masuk kuliah pagi ini? Cuaca sangat dingin, apakah kamu memakai jaket tebal hitam yang selalu kamu bawa itu? Aku paham betul kalau kamu gampang sekali terkena flu di saat cuaca dingin. Hidungmu jadi memerah seperti badut. Ingin sekali aku mengomelimu tentang sikapmu yang selalu lupa akan kesehatanmu sendiri.
Sekarang aku tak dapat melihatmu lagi secara diam-diam. Kamu sudah jauh dari jangkauan mataku. Menggunakan teropong pun mataku tak sanggup menjangkaunya. Kita sudah terpisah jarak. Disini aku masih menyimpan semua kado ulang tahun untukmu yang tak pernah kuberikan. Semua terjadi seperti kemarin, tapi ini sudah berlangsung selama 5 tahun sejak pertama kali aku menyukaimu. Air mata akan terus mengalir jika aku mengingatmu, apa yang akan aku lakukan dengan setumpuk kenangan ini? Aku masih merindukanmu.


0 Response to "Fiksi Mini (Part 1)"

Posting Komentar