Bosan?
No Way!
“Selamat
hari jadi kita yang ke- 5 sayang!” kata Rendi menghampiriku dan mengecup
keningku mesra.
Jika
wanita lain mengatakan pria pada awal paacarannya saja baik, tapi bersama Randi,
dari awal pacaran hingga detik ini ia
tak pernah berubah sedikitpun. Maybe i’m
a lucky girl (?) Hanya saja ada beberapa sikap ia yang harus ku mengerti.
Mencintai orang yang dicintai apa adanya bukan suatu kesalahan kan? Menurutku, jika
kita tidak bersikap menyebalkan orang lain juga
tak akan bersikap menyebalkan. Menghargai dan saling percaya itu adalah
prinsip hubungkanku dengannya, hubungan kami.
Cinta Kadaluarsa
Hubungan
cinta dengan si pacar sudah lama sekali berjalan. Lama bersamanya aku jadi tahu
dan hafal betul baik dan buruknya luar dalam. Terus-menerus bertemu dengannya, ngapa-ngapain
sama dia membuat aku jenuh tingkat cetar membahana badai. Hubungan kami tak se-asyik
dulu, aku yang awalnya meminta hubungan yang terbuka dan saling cerita di saat
ada masalah, tapi aku sendiri tak pernah menyampaikan kekesalanku padanya.
Sebenarnya
kami berdua sama-sama tahu bahwa kami tak cocok lagi, tak ada orang ke-3 atau
perselingkuhan,ini murni kesalahan kami berdua yang tak dapat menyayangi dan
menerima kelemahan masing-masing. Everything
is the same but we are changing, maybe we are not in love?
Berat
memang meninggalkan orang yang sudah lama menempati ruang hati ini, namun
daripada aku tetap bersamanya tapi kami tak saling bahagia, lebih baik pisah
kan? Leave or stay it’s up to your choice.
Gempa Hati
Sebelum
mengenal Taufan, Nanda seorang gadis sekolah menengah atas yang trauma dengan
yang namanya gempa bumi, ia tak takut dengan apapun kecuali gempa bumi, sebab
ia kehilangan keluarganya dari bencana alam itu. Taufan perlahan mendekatinya, sekedar
menghibur, dan mereka menjadi dekat, saling membutuhkan satu sama lain.
Lama
kelamaan Nanda merasa Taufan berubah cuek, ia serng sibuk dengan urusannya
sendiri. Namun ia tetap memendam rasa ingin tahunya dari perubahan sifat
Taufan. Yang ia takutkan sekarang bukanlah gempa bumi lagi, tapi gempa di
hatinya, rumah cinta yang ia bangun bersama Taufan bisa hancur karena sesuatu
kekesalan yang ia pendam sendiri.
Terdapat guncangan sangat kuat di hati Nanda, gempa
di hatinya kini akan meledak. Hanya ada dua plilihan setelah gempa itu terjadi.
Yaitu membiarkannya menjadi puing-puing kenangan, atau bersama-sama membangun
rumah cinta lagi dengan pondasi yang
lebih kuat dan kokoh agar tak mudah hancur ketika gempa datang kembali.
Melihat
Bulan
Aku
Bintang, cewek di sekolah yang lagi bahagia karena cowok incaranku sering
memandang ke bangku belakang, bangku ku. Ia menyelipkan senyuman manis di
setiap pandangannya. Aku yakin ia juga menyukaiku. Namanya Langit.
Pagi
itu aku menyambut Langit dengan senyuman paling manis, tapi Langit datang tak
sendiri, di belakangnya ada seseorang. Seorang wanita bertubuh langsing, dan
berkulit putih. Ia adalah murid paling pintar di sekolah, namanya Bulan. Di
depan mataku, Langit tertawa lepas bersama Bulan sampil mengusap rambut wanita
bermata indah itu.
Mataku
panas, air mata ku tak tahan untuk mengalir membasahi pipi, melihat mereka. Mengingat
kebodohan akan asumsi yang telah aku buat. Menganggap Langit menyukaiku. Seharusnya
aku sadar bahwa dibelakangku ada wanita cantik yang mungkin Riski pandang.
Pandangan itu bukan untukku, senyum itu juga tak di tujukan kepadaku. Selama
ini Langit tak melihatku. Ia hanya melihat Bulan, yang cahayanya lebih terang
daripada Bintang.
Path
Addict
Di
era modern seperti sekarang mau tau orang lagi senang, marah, patah hati, jatuh
cinta, galau sudah dapat kita ketahui hanya dengan melihat profil di berbagai
jejaring sosialnya, kan udah banyak banget jejaring sosial yang tersedia untuk
meluapkan unek-unek di hati. Selain itu, lagi dimana pun juga bisa di ketahui
orang banyak. Biar kenapa menyebar lagi dimana dan ngapain, yaa biar tambah
eksis gitu deh. Hehehe.
Sudah
beberapa bulan ini aku addict banget
dengan yang namanya jejaring sosial Path. Move
on ke Gadget keluaran terbaru pun ku lakukan biar gak mati
gaya saat sendirian. Setiap bangun tidur, sambil baring-baring pasti aktivitas
pertama yang aku lakuin yaa buka Path. Dan itu udah seperti keharusan, kalau
paket internet habis rasanya nyesek. Berasa si gadget canggih sama kayak handphone yang bisa sms-an sama
teleponan doang.
Sehangat
Mentari
Hidup
jauh dari keluarga membuat aku harus mandiri tinggal di kota orang, di kota
pelajar Yogyakarta aku melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Aku
rindu keluargaku ,terlebih ibuku. Ketika aku masih SMA, biasanya jika Ibu dapat
shift sore, di pagi harinya sebelum berangkat sekolah aku selalu mengantarkan Ibu
dengan sepeda motor butut milik bapak. Menemani Ibu menjualkan kue-kue
tradisional yang ia buat dan menitipkan dari satu warung ke warung lain. Tak
lupa aku membawa jualan Ibu kesekolah untuk di jual kepada teman-temanku, untunglah
setiap aku bawa kue jualan Ibu ke sekolah banyak teman-teman yang menyukainya.
Sehabis solat subuh aku selalu menanti
fajar terbit, kubuka jendela kamar agar
dapat melihat sang surya menampakkan cahayanya pagi ini. Hangatnya menelusup
masuk sampai ke tulang mendekap tubuh ini, kurasakan hangatnya sambil menutup
kedua mataku, seperti hangatnya pelukan Ibu. Inilah caraku agar mengurangi rasa
rindu terhadap Ibu selain menghubunginya via telepon.
Setumpuk
Kenangan Tentangmu
Bagaimana
hari pertama masuk kuliah pagi ini? Cuaca sangat dingin, apakah kamu memakai
jaket tebal hitam yang selalu kamu bawa itu? Aku paham betul kalau kamu gampang
sekali terkena flu di saat cuaca dingin. Hidungmu jadi memerah seperti badut. Ingin
sekali aku mengomelimu tentang sikapmu yang selalu lupa akan kesehatanmu
sendiri.
Sekarang
aku tak dapat melihatmu lagi secara diam-diam. Kamu sudah jauh dari jangkauan
mataku. Menggunakan teropong pun mataku tak sanggup menjangkaunya. Kita sudah
terpisah jarak. Disini aku masih menyimpan semua kado ulang tahun untukmu yang
tak pernah kuberikan. Semua terjadi seperti kemarin, tapi ini sudah berlangsung
selama 5 tahun sejak pertama kali aku menyukaimu. Air mata akan terus mengalir jika aku mengingatmu, apa yang akan
aku lakukan dengan setumpuk kenangan ini? Aku masih merindukanmu.
0 Response to "Fiksi Mini (Part 1)"
Posting Komentar