Dia
Ia hadir di saat hati ini tak percaya akan sebuah arti KESETIAAN. Ia
hadir di saat hati ini sulit membedakan sebuah arti KETULUSAN. Ia hadir di saat
ku rapuh berjalan seakan tak ada arah dan tujuan...
Tapi di saat ia hadir, ia seperti arah baru bagiku, untuk
lepas dari belenggu yang bernama masa lalu...
Pantaskah Untuk Kukenang?
Kamu yang tiba-tiba menghilang dan pergi meninggalkanku
tanpa sedikit pun penjelasan, kemana lagi harus ku cari?
Menunggu kabar darimu. Bersedih karena kau tak lagi ada di sampingku. Haruskah
aku merindukanmu?
Apakah kau lupa dengan semua pengorbanan kita untuk
hubungan ini? Mengapa meninggalkanku, seperti hal mudah yang kau lakukan? Kini
bulan telah berganti tahun, kau tak juga kembali.
Untuk segala rasa yang kita bangun, pantaskah untuk ku
kenang?
Sebelum Terlambat
Genap tiga tahun sudah erasaan ini tersimpan rapi di dalam hatiku tanpa
membiarkan satu orang pun yang tahu akan perasaan ini.
Aku sadar bahwa setiap hari nya sayangku terus bertambah
kepadamu. Si Pria manis di bangku belakang.
Sebelum terlambat, di hari perpisahan sekolah aku akan
mengutarakan rasa sayangku Sebelum terlambat, aku berharap kau memberikan sebuah
tempat untukku dihatimu.
Sahabat Kecil
Beruntungnya aku dapat berkumpul lagi dengan sahabat
kecil yang kukenal lebih dari belasan
tahun yang lalu.
Berbagi tawa serta mengenang kenakalan dan keluguan kami
di masa lalu kerap kami perbincangkan.
Mereka tak banyak berubah. Di setiap kesempatan sering
kami luangkan waktu untuk bersama.
Bagi ku mereka
sudah seperti saudara kandung
namun tak sedarah. Iya, mereka sahabat kecilku...
Pengkhianat Bermulut Manis
Wahai pengkhianat bermulut manis. Apalagi yang kau
sembunyikan padaku? Dengan rapi kau
menutupi hubunganmu bersama pria yang lebih dulu ada di hatiku.
Hampir setiap hari aku bercerita tentangnya. Tentang
kekasihku kepadamu sahabat karibku . Pahit dan manisnya hubunganku dengannya. Kau
dengan senang hati mendengar ceritaku. Bahkan tak jarang juga kau memberikan nasehat yang membuat hatiku
menjadi tenang kala masalah menerpa hubunganku dengannya.
Namun mengapa aku melihat banyak sekali foto mesra kau
dengan pria yang sangat mirip wajah kekasihku berada di galeri ponselmu?
Bumi Khatulistiwa
Tanah air ku di bumi khatulistiwa. Kaya akan keindahan
alamnya. Seperti hutan tropis kalimantan. Gunung poteng yang indah. Serta
sungai terpanjang di negeriku yang bernama Kapuas.
Tanah air ku di bumi khatulistiwa kaya akan hasil
pangannya. Ikan asam pedas yang gurih. Lempok durian yang lezat. Dan juga
berbagai olahan makanan yang terbuat dari lidah buaya.
Inilah kota tempat tinggalku. Bumi Khatulistiwa.
Pontianak, Kota Bersinar.
Lelah
Ada yang bilang pertengkaran adalah bumbu dari sebuah
percintaan. Namun mengapa semua terasa menyakitkan?
Ada yang bilang pertengkaran dalam hubungan asmara itu
wajar Namun mengapa kita terlalu sering sayang?
Emosi dan tangis. Apakah mereka adalah salah satu bumbu
penyedap di hubungan kita ini?
Terlalu sering amarah meluap membuat sayang kasih
memudar. Aku lelah dengan mu. Aku lelah dengan KITA...
Tak Bisa Pergi
Ada apa denganmu kekasihku? Senyumanmu tak secerah
dahulu. Perhatianmu pun jarang kurasakan
Apa yang membuatmu seperti ini? Apakah kau telah bosan
kepadaku? Atau ada wanita lain di hati mu? Bicaralah kekasihku, diam tak akan
menyelesaikan segala kegundahan yang kau rasakan.
Jika yang kau inginkan perpisahan. Tidak adakah cara
selain berpisah? Karena sulit bagiku untuk pergi darimu, pujaan hatiku...
Pergilah
Aku muak dengan ocehan yang keluar dari mulutmu. Entah
itu benar ataupun omong kosong. Aku tak akan perduli lagi di saat kau
mengancamku akan melakukan ini dan itu.
Perasaan cinta
kasihku dan sikap baik dulu adanya, kini telah berubah menjadi benci.
Pergilah... Pergi jauh dari hidupku. Dan jangan pernah
kembali
Calon Imamku
Untukmu calon imamku yang tertulis di lauhul mahfudz.
kamulah pria terbaik pilihan Tuhan, yang mana diciptakan untuk menyayangi serta
menjagaku.
Untuk mu calon imamku. Dimana dan siapa engkau masih
tetap menjadi rahasia ilahi. Sebelum sebuah ijab yang di tujukan, hanya untukku
engkau ucapkan.
Untuk mu calon imamku, ersiapkanlah dirimu untuk menjalani
mahligai cinta suci ilahi. Sehingga kita dapat menjadi keluarga yang sakinah
mawardah dan warohmah.
Yang Kau Bilang Negatif
Setiap hari bekerja banting tulang. Pulang dengan tubuh
yang lelah selagi adzan subuh di kumandangkan, tak
jarang pekerjaanku di cap negatif.
Apakah ada yang salah dengan yang kulakukan? Sedikitpun aku tak menganggu mereka. Mengapa cibiran
ataupun cemoohan selalu mereka lontarkan
tanpa bukti?
Wahai manusia yang tiada bersalah, pekerjaan yang selalu kau bilang negatif, setidaknya
dapat menyambung hidup yang keras, membuatku terus bernyawa hingga saat ini.
Pria Itu dan Rokoknya
Kulihat seorang pria duduk di bangku kayu yang berada di bawah pohon rindang. Sambil
memainkan gadget dijemarinya. 5 meter dari jaraknya ada aku yang sedari tadi
tak melepaskan pandangan ke arahnya
Tangannya kini
mencoba mengambil sesuatu di saku
kanan celananya. Itu sepertinya bungkus rokok, iya benar itu rokok
Gayanya menghisap sebatang rokok semakin membuatku
terpesona. Bagiku ia terlihat keren dengan rokoknya itu.
Ah, pria itu dan rokoknya seakan memberikan candu yang
membuatku terus dan terus memperhatikannya....
0 Response to "Fiksi Mini (Part 3)"
Posting Komentar